Jumat, 28 Januari 2011

15 Kesalahan Manajemen Krisis

Evan Bloom mengidentifikasi 15 kesalahan yang sering terjadi saat perusahaan menangani krisis. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Tidak melakukan audit yang ketat
Perusahaan yang tidak menerapkan audit yang ketat berarti mengabaikan peluang untuk mengidentifikasi potensi risiko. Audit perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan perusahaan berjalan dengan baik.
2)      Tidak memiliki perencanaan
Sebagian besar perusahaan mengabaikan perencanaan sebelum terjadi krisis, karena terlalu percaya diri dapat menyelesaikan masalah ketika krisis terjadi. Perencanaan krisis membutuhkan waktu dan sumber daya dan harus dipersiapkan jauh sebelumnya. Saat krisis terjadi segera dapat diimplementasikan.
3)      Tidak ada rencana krisis
Perusahaan tidak menyadari bahwa rencana krisis PR memberikan kerangka kerja dalam mengelola krisis dan berbagai strategi yang dibutuhkan untuk menangani bencana dan berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait. Jika tidak memiliki rencana krisis PR, perusahaan akan menghabiskan banyak waktu untuk menganalisis apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan siapa yang harus melakukannya. Pada saat mereka memiliki rencana, semua sudah terlambat. Media sudah membuat pemberitaan, karyawan resah dan mulai berspekulasi atas masa depan perusahaan. Kepercayaan publik menurun karena merasa kuatir melihat ketidakmampuan perusahaan menangani isu-isu yang terjadi.
4)      Tidak ada simulasi krisis 
Sangat sedikit perusahaan melakukan simulasi krisis (seperti latihan kebakaran, evakuasi karyawan, ancaman bom, dan lain-lain) untuk menguji efektivitas komunikasi dan kesiapan rencana menghadapi krisis. Perusahaan perlu mengadakan simulasi krisis secara teratur untuk memastikan kontinuitas rencana bisnis mereka. Simulasi ini membantu mempersiapkan perusahaan untuk menangani krisis dan juga semua proses evakuasi sehingga mereka berada pada tempat dan waktu yang tepat.
5)      Komunikasi internal tidak efektif
Banyak perusahaan lupa bahwa juru bicara perusahaan sebagai garda depan haruslah staf mereka. Ketika terjadi sesuatu pada perusahaan, pihak pertama yang harus diinformasikan adalah karyawan. Tujuannya bukan hanya agar karyawan mengetahui permasalahan yang terjadi, tetapi juga posisi karyawan untuk menjawab pertanyaan dari teman-teman dan keluarga mereka. Karyawan harus memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang terjadi di perusahaan dan bagaimana perusahaan akan mengatasinya.
6)      Komunikasi eksternal tidak efektif
Perusahaan harus dapat berkomunikasi secara proaktif dengan media dan publik eksternalnya. Perusahaan harus berkomunikasi dengan semua pelanggan, mitra, pemegang saham, dan supplier serta memastikan mereka mempunyai informasi yang benar, akurat dan up to date tentang perusahaan. Semua pihak harus menerima setiap informasi baru yang ada dan memiliki akses untuk menghubungi perusahaan agar memperoleh informasi yang diperlukan.
7)        Memperlakukan media seperti musuh
Bersikap agresif dan memperlakukan media sebagai musuh tidak akan membantu perusahaan menyelesaikan krisis. Perusahaan harus memperlakukan media sebagai salah satu bagian penting dalam rantai komunikasi mereka. Menjalin hubungan baik dengan media sebelum krisis akan membantu saat perusahaan berada dalam situasi krisis.
8)        Mengabaikan krisis
Beberapa perusahaan mengabaikan krisis yang terjadi sehingga mereka tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan krisis. Perusahaan juga mengabaikan informasi dari media, staf, mitra, dan pelanggan mengenai kondisi perusahaan yang sedang berada dalam krisis. Kesalahan fatal bagi perusahaan apabila berharap krisis akan selesai jika diabaikan. Kenyataannya krisis tidak pergi karena diabaikan.
9)      Tidak berkomunikasi dengan publik
Banyak perusahaan berasumsi bahwa jika mereka mengeluarkan siaran pers atau wawancara justru akan mengingatkan publik terhadap masalah yang terjadi dan membuat persepsi publik semakin buruk terhadap perusahaan. Banyak perusahaan yang gagal untuk menyadari bahwa mereka perlu berkomunikasi selama masa krisis. Semakin serius krisis, semakin banyak media yang akan memberitakan, dan semakin banyak berita aktual yang diperlukan setiap hari.
10)  Tidak efektif dalam menggunakan pesan
Beberapa perusahaan memberikan penjelasan yang membingungkan kepada publik, berbicara dengan arogan, tidak menunjukkan empati terhadap korban krisis, dan menolak meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. Bahkan banyak perusahaan ketika krisis masih beriklan produk seperti biasa dan melanjutkan bisnisnya. Cara berkomunikasi tersebut sangat tidak tepat dilakukan dalam situasi krisis.
11)  Tidak memiliki tim krisis
Perusahaan harus membentuk tim krisis yang bertanggung jawab untuk mengelola krisis dan memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan bisnisnya seperti biasa. Dalam banyak kasus, ketika krisis terjadi, perusahaan tetap harus beroperasi. Tidak memiliki tim krisis akan menciptakan persepsi bahwa manajemen perusahaan tersebut berjalan tanpa pemimpin dan tidak memiliki arah strategis. Anggota inti dalam tim krisis sekaligus merupakan juru bicara perusahaan yang secara teratur perlu berkomunikasi dengan semua audiens.
12)  Tidak mengoptimalkan situs web perusahaan
Dalam krisis, situs perusahaan merupakan salah satu media komunikasi yang paling penting. Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa segera setelah terjadi sesuatu, media dan anggota masyarakat akan mengakses situs web untuk mengetahui penjelasan perusahaan. Jika perusahaan tidak memberikan keterangan apapun di website perusahaan adalah sama dengan mensia-siakan kesempatan. Perusahaan harus menyadari keinginan masyarakat untuk mengetahui pernyataan perusahaan yang relevan dengan kejadian. Oleh sebab itu penting pagi perusahaan untuk selalu meng-update setiap informasi sesuai dengan perubahan yang terjadi melalui website.
13)  Meremehkan dampak krisis
Terkadang manajemen beranggapan bahwa krisis yang timbul tidak akan berdampak buruk pada perusahaan. Mereka tidak menyadari bahwa media dan masyarakat sesungguhnya mengetahui krisis yang sedang terjadi di dalam perusahaan.
14)  Hubungan yang buruk dengan staf dan pelanggan setelah krisis
Ketika krisis telah berakhir, perusahaan kembali menjalankan bisnis mereka seperti biasa. Perusahaan harus membangun kembali hubungan baik dengan staf atau pelanggan mereka. Perusahaan harus memastikan bahwa semua keraguan publik terhadap merek, produk, barang, dan jasa telah pulih kembali.  Perusahaan harus terbuka untuk berkomunikasi dengan semua pihak yang berkepentingan dan memungkinkan mereka untuk mengajukan semua jenis pertanyaan hingga mereka merasa bahwa ”semuanya baik-baik saja”.
15)  Tidak mengadakan evaluasi setelah krisis
Beberapa perusahaan mencoba untuk mengevaluasi dengan mengidentifikasi mengapa krisis terjadi, termasuk bagaimana cara menghindari dan membuat rencana untuk memastikan krisis tidak terjadi lagi. Evaluasi pasca krisis merupakan proses pembelajaran yang baik karena dapat mengambil hikmah dari apa yang sudah terjadi sehingga tidak terulang kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar