Jumat, 28 Januari 2011

Krisis: Sebuah Tantangan Kepemimpinan

4.5            Krisis Sebagai Sebuah Tantangan Kepemimpinan
 
Krisis dapat menyerang perusahaan dalam berbagai bentuk, seperti serangan teroris, kecelakaan kerja, product recall, atau bencana alam. Manajemen krisis berkaitan erat dengan public relations dimana citra dan harga diri perusahaan dipertaruhkan.
Krisis ekonomi sebelas tahun lalu merupakan seleksi alam bagi perusahaan dan pengusaha Indonesia. Beberapa perusahaan bisa bangkit kembali, namun sebagian yang lain masih terpuruk hingga kini. Beberapa yang bangkit adalah mereka yang sebelumnya terkena dampak paling parah dari krisis yang terjadi. Tak pelak kepemimpinan adalah faktor yang paling berpengaruh untuk mengembalikan reputasi perusahaan.
Inilah beberapa di antaranya.

1)        Grup Bakrie
Tenggelam dalam hutang Rp10 triliun pada 1998, kekayaan keluarga ini meningkat ke angka Rp49,7 triliun. Majalah Forbes mendapuknya menjadi orang terkaya di Indonesia tahun 2007. Imperium bisnis keluarga Bakrie adalah Bakrie & Brothers. Didirikan di Teluk Betung, Lampung pada tahun 1942 dengan nama CV Bakrie & Brothers, berubah menjadi perseroan terbatas (PT) pada tahun 1971, bisnis keluarga Bakrie terus berkembang pesat. Pada tahun 1996 total kekayaan Bakrie mencapai US$600 juta - 1 miliar sebelum akhirnya dihantam krisis ekonomi tahun 1997. Badai krisis menghempas bisnis keluarga Bakrie hingga berhutang US$ 1,08 miliar. Semakin terpuruk, di tahun 2000 saham keluarga Bakrie tinggal 2,5 persen. Banyak yang memperkirakan bisnis keluarga ini akan berakhir. Di luar dugaan, bisnis keluarga Bakrie lambat laun semakin membaik. Pembelian pabrik batubara, Kaltim Prima Coal merupakan titik balik kebangkitan. Kenaikan harga batubara di pasar dunia membuat keluarga Bakrie bak mendapatkan durian runtuh. Di tahun 2006 peringkat keluarga Bakrie berada di urutan ke-6 orang terkaya di Indonesia dengan aset US$1,2 miliar, sebelum akhirya menyodok ke urutan teratas di tahun 2007.

2)   Grup Raja Garuda Mas
Pada tahun 2006, Sukanto Tanoto merupakan orang terkaya Indonesia dengan aset US$2,8 miliar. Berusia 59 tahun ketika dinobatkan menjadi orang terkaya kedua di Indonesia tahun 2007 oleh majalah Forbes, Sukanto memiliki  4 orang anak. Orang terkaya ke-284 di dunia 2008 versi Forbes ini memiliki kekayaan sebesar US$4,7 miliar (Rp43,3 triliun) lewat Imperium bisnis Raja Garuda Mas Internasional. Bisnis Sutanto dimulai pada tahun 1967 dengan berjualan minyak dan onderdil di Belawan. Tahun 1972, Mendirikan CV Karya Pelita, perusahaan kayu yang menjadi cikal bakal Raja Garuda Mas. Bisnis melaju pesat hingga tahun 1992 kekayaan Sutanto mencapai US$ 239,7 juta. Pernah berhutang sekitar Rp 13,7 triliun saat krisis ekonomi menerpa Indonesia di tahun 1997, pelan tapi pasti bisnis Sukanto  kembali menggeliat.

3)        Grup Sinarmas
 Hutang juga pernah membelit Sinarmas Group yang dipimpin oleh Eka Tjipta Widjaja. Tidak tanggung-tanggung jumlahnya mencapai hampir Rp100 triliun. Eka Tjipta Widjaja memulai bisnisnya pada tahun 1940 dengan berjualan biscuit. Pada tahun 1996 kekayaannya telah mencapai US$5,1 miliar. Terpuruk karena krisis ekonomi, saat ini bangkit dan menjadi  salah satu orang terkaya dengan total aset US$2,8 miliar (Rp25,8 triliun) lewat Imperium bisnisnya Sinarmas Group.


Dari data di atas dapat dilihat bukti bahwa krisis adalah turning point of life. Bisa membuat kita lebih kuat atau membawa kita terperosok jauh ke dalam laut.
Secara institusional, seorang pemimpin harus segera bertindak saat menghadapi krisis manajemen. Cara yang dapat dilakukan, antara lain melakukan antisipasi, persiapan, dan meredakan kemungkinan krisis yang akan terjadi.
Untuk memastikan mekanisme manajemen krisis berjalan dengan efektif maka dukungan dan keterlibatan pimpinan mutlak dibutuhkan.
Perhatikan bagan  leadership framework berikut.

crisframe
Gambar 4.2. Bagan Leadership Framework
Sumber: http:www.alagse.com/leadership
  1. Langkah pertama yang harus diambil oleh pimpinan adalah menyusun tujuan crisis management plan yang dibuat berdasarkan filosofi dan nilai dari perusahaan. Kepemimpinan yang baik harus bisa membantu top management dalam menyusun kebijakan manajemen krisis, dengan mendefinisikan dan mengidentifikasi level-level krisis yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini menunjukan komitmen pimpinan terhadap penyelesaian krisis.
  2. Langkah kedua dalam proses manajemen krisis adalah mengidentifikasi segala kemungkinan yang menyebabkan terjadinya krisis di dalam perusahaan. Peran pemimpin pada tahap ini adalah memperkuat tim manajemen krisis untuk mempelajari dan menganalisis berbagai variabel yang memengaruhi, seperti tingkat pertumbuhan industri, perubahan dunia bisnis, tekanan pasar, dan lain-lainnya.
  3. Langkah selanjutnya adalah memastikan strategi komunikasi berjalan secara efektif. Dengan begitu diharapkan terciptanya komunikasi yang konsisten, baik di dalam perusahaan (internal) dan dengan stakeholders atau mitra (eksternal).

Membangun hubungan yang baik dengan stakeholders merupakan salah satu peran pemimpin yang sangat penting. Melalui hubungan baik diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi krisis yang terjadi. Pemimpin pada level tertentu harus memastikan bahwa karyawan sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk menghadapi manajemen krisis. Kesiapan karyawan dan perusahaan dalam menghadapi krisis harus dipantau dari waktu ke waktu melalui simulasi-simulasi krisis.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar