Jumat, 14 Januari 2011

Memahami Krisis



The pessimist doesn’t sees
the light at the of the tunnel,
The optimist sees the light at the end of the tunnel,
The realist sees the light of at the end of the tunnel but knows that there is another tunnel after the light
Pendahuluan
Krisis merupakan ujian bagi eksistensi diri kita, baik perusahaan maupun sebagai individu. Kita tidak pernah tahu dengan pasti kapan krisis datang menghampiri. Kita dapat mempersiapkan diri menghadapi krisis dengan memahami prinsip-prinsip yang benar.
Tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam situasi krisis adalah sebagai berikut.
1.      Hindari krisis.
2.      Tangani krisis dengan segera sebelum krisis semakin buruk.
3.      Temukan cara untuk mengubah krisis menjadi sebuah kesempatan.
            Krisis sebaiknya tidak hanya dianggap sebagai suatu petaka melainkan juga momentum untuk perbaikan. Walaupun di dalam krisis terdapat ancaman, tetapi kita harus mencari peluang-peluang yang ada di balik sebuah krisis. Kita kita harus memiliki persepsi mengenai krisis dari sudut pandang positif, yaitu optimis, sehingga krisis dapat direspon secara cepat dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Perhatikan model klasik bagaimana krisis dapat berubah menjadi sebuah kesempatan baik.
Pada tahun 1986, seseorang menaruh sianida dalam botol Tylenol milik Johnson dan Johnson di rak sebuah toko. Akibatnya tujuh orang meninggal karena keracunan obat-obatan. Perusahaan melihat krisis ada di depan mata dan melakukan langkah pertama, yaitu mengeluarkan US$300 juta untuk menarik semua produk Tylenol yang ada di pasar. Selanjutnya, perusahaan memperkenalkan sistem pengemasan baru yang kemudian mengubah seluruh industri.
Dari persoalan tersebut terlihat bagaimana perusahaan mempersiapkan diri, bertindak benar, menjawab pertanyaan sulit yang diajukan oleh media hingga akhirnya Johnson and Johnson mampu mempertahankan dominasinya di pasar. Johnson and Johnson memanfaatkan media untuk menunjukkan kepedulian mereka dan memperlihatkan tekad kuat dalam mengatasi krisis.

Memahami Definisi Krisis

Crisis as a “turning point for better or worse,- as a crucial time. Or a situation that has reached a critical phase.”
(Merriam-Webster)

Gambar3.1  Memahami Krisis
Sumber: http://benbyerly.wordpress.com/2008/10/27/what-financial-crisis-rural-africans-kenyan-cartoon/


Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis (κρίση), yang berarti "keputusan." Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan. Ke bawah atau ke atas. Bertarung atau melarikan diri.
Krisis dalam bahasa Cina, diucapkan dengan wei-ji dan mempunyai dua arti, yaitu ”bahaya” dan “peluang”. Two side in the same coin.



Gambar: Krisis dalam aksara Cina
Sumber: http://blog.excelproperty.biz/en/2009/03/free-viewing-trip-for-all-holiday-apartment-buyers/

Krisis public relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa krisis PR hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan di mana saja.
Steven Fink dalam Crisis Management Planning for The Inevitable, mendefinisikan krisis sebagai berikut.
            ”A crisis is an unstable time or state of affairs in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of a highly desirable and extremely positibe outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proposition, but yoy can improve the odds”.
           
Institute of Crisis Management mendefinisikan krisis sebagai berikut.
            “A significant business disruption that stimulates extensive news media coverage. The resulting public scrutiny will affect the organization’s normal operations and also could have a political, legal, financial and governmental impact on its business”.

Definisi tentang krisis salah satunya dikemukakan oleh Robert P. Powell dalam bukunya Crisis–A Leadership Opportunity (2005) yang menyatakan bahwa krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata.Krisis tidak memiliki batas (no boundaries) dan dapat terjadi kapan saja, dimana saja terhadap setiap organisasi (profit dan nonprofit, publik dan privat).Krisis menyerang ketika suatu organisasi berhenti menemukan permasalahan yang ditimbulkan oleh lingkungan tempat mereka berada (Thomas Kuhn, 1996). Kondisi ekonomi global dan iklim politik dapat memperbesar dampak dari suatu krisis sehingga menjadikan krisis sebagai hal yang biasa terjadi dalam perusahaan (Gene Klann, 2003).
Karakteristik krisis pada umumnya adalah adanya ketidakstabilan tinggi yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan hidup organisasi. Kata krisis sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu krisis yang berarti “mengayak atau memisahkan”. Oleh sebab itu, krisis dapat membedakan masa lalu dengan masa depan organisasi, membedakan pemimpin yang efektif, dan tidak serta mengubah organisasi secara signifikan. Krisis biasanya ditimbulkan oleh suatu keadaan darurat yang justru memperparah dampak krisis tersebut. Beberapa keadaan yang dapat dikategorikan sebagai krisis bagi suatu perusahaan misalnya: kegagalan produksi, hostile takeover, krisis keuangan global, tuntutan pengadilan, bencana alam, kerusuhan, perang, pergantian pemimpin, unjuk rasa pekerja, dan lain-lain.
Krisis juga dapat dikategorikan berdasarkan dampaknya. Ketiga  kategori tersebut adalah:
  1. Krisis level 1: dampak dari krisis ini mengakibatkan tercemarnya nama organisasi serta adanya hambatan dalam mewujudkan misi. Contohnya: tuntutan hukum terhadap perusahaan Newmont karena kasus pencemaran lingkungan.
  2. Krisis level 2: krisis ini berdampak pada cedera fisik, kemungkinan korban jiwa, rusaknya properti, hancurnya reputasi perusahaan atau kombinasinya. Contohnya: kasus lumpur PT. Lapindo.
  3. Krisis level 3: krisis level ini mengakibatkan adanya korban jiwa, kerusakan properti yang serius serta kemungkinan kebankrutan. Contohnya: kasus Enron Corporation.

Krisis juga dianggap sebagai turning point in history/life”, suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.
            Jika dipandang dari kaca mata bisnis, suatu krisis akan menimbulkan hal-hal berikut.
1)      Intensitas permasalahan akan bertambah.
2)      Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui media massa, atau informasi dari mulut ke mulut.
3)      Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
4)      Masalah menganggu nama baik perusahaan.
5)      Masalah dapat merusak sistem kerja dan mengguncang perusahaan secara keseluruhan.
6)      Masalah yang dihadapi selain membuat perusahaan menjadi panik, tidak jarang juga membuat masyarakat menjadi panik.
7)      Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.

            Tabel berikut adalah ciri-ciri perusahaan yang berada dalam krisis.
Tabel 3.1
Ciri-ciri Perusahaan Krisis

Parameter
Ciri-ciri
Keadaan fisik
Tidak terurus, lampu redup, toilet kotor, seragam petugas lama tak berganti, mobil tua, pabrik bekerja di bawah titik optimal.
SDM
Malas, datang dan pulang seenaknya, pemimpin jarang hadir, banyak terlihat tidak bekerja dan kongko-kongko. Tenaga yang bagus-bagus sudah keluar.
Produk andalan
Hampir tidak ada. Hanya menyelesaikan yang sudah ada saja. Banyak retur dan defect.
Konflik
Hampir setiap hari terdengar, perasaan resah di mana-mana.
Energi
Hampir tidak ada.
Demo karyawan
Tinggi, rasa takut terkena PHK
Proses hukum
Meningkat dan datang dari mana-mana.
Bagian keuangan
Hidup dalam suasana stres. Dikejar tagihan-tagihan yang tak terbayar dan oleh debt collector.

Krisis dapat terjadi secara alamiah, tidak terprediksi, dan tidak selalu merupakan hal yang buruk. Hasil riset menunjukkan hasil bahwa ternyata outcome dari situasi krisis memberikan skor yang berimbang/sama antara yang positif (seperti yang diharapkan) dan yang negatif (yang tidak diharapkan).
Dalam menghadapi krisis, optimisme untuk menyusun langkah-langkah agar dapat keluar dari krisis merupakan modal utama. Pemberitaan media massa yang menggiring ke arah sisi negatif harus diseimbangkan. Hal penting yang dapat dilakukan adalah memengaruhi pola pikir masyarakat bahwa krisis tidak selalu memiliki sisi sisi negatif, tetapi juga sisi positif.
Berkaitan dengan tindakan nyata maka mekanisme lain dari krisis sering dinyatakan dengan ”zero hour”. Artinya, tidak ada waktu untuk berdiam diri, harus segera direspon secara cepat dan tepat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menyaksikan begitu banyak individu dan perusahaan yang berhasil mengubah krisis menjadi peluang. Namun, karena ketidakmampuan mengelola krisis, sebagian lainnya justru terperosok ke dalam kehancuran.
Berikut mereka yang berhasil mengubah krisis menjadi titik balik yang membawa ke kehidupan yang lebih baik.
1)      Oprah Winfrey
Gambar 3.2. Berbagai Penampilan Oprah Winfrey
Sumber: www.motivasi.web.id

Tahukah anda bahwa pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan seksual. Dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya beserta teman-temannya dan terjadi berulang kali. Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah, maka Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya di lingkungan yang kumuh dan sangat miskin.
      Bermodal keberanian "Menjadi Diri Sendiri", Oprah menjadi presenter paling populer di Amerika dan menjadi wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, dengan kekayaan lebih dari US$1miliar. Copy acara "The Oprah Winfrey Show" telah diputar di hampir seluruh penjuru bumi. Ia lahir di Mississisipi dari pasangan Afro-Amerika dengan nama Oprah Gail Winfrey. Ayahnya mantan serdadu yang kemudian menjadi tukang cukur, sedang ibunya seorang pembantu rumah tangga. Karena keduanya berpisah maka Oprah kecil diasuh oleh neneknya di lingkungan yang kumuh dan sangat miskin. Luar biasanya, di usia 3 tahun Oprah telah dapat membaca Injil dengan keras. "Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia," katanya dalam suatu wawancara.
      Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville. Ayahnya mendidik dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Dia diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadari bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri, dan berdisiplin tinggi.
      Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa didapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pun pernah memenangkan kontes kecantikan dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik.
Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV dimulai saat berusia 19 tahun. Dia menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut. Oprah memulai debut talkshow TV dalam acara People Are Talking. Keputusannya untuk pindah ke Chicago akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
      Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan, dan diskriminatif mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di televisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas, dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa televisi maka bersama akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.
      Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit, dan lembaga riset penderita AIDS, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat, dan masih banyak lagi lainnya.
      Kisah Oprah Winfrey adalah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya dan dia berhasil. Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!

2)      Hee Ah Lee “The Miracle of the Four Fingered Pianist
Gambar 3.3. Hee Ah Lee, Sang Pianis Berjari Empat
Sumber: http://www.whatsonxiamen.com/para1959.html

Keajaiban itu benar-benar terjadi. Hee Ah Lee tidak hanya terampil memainkan musik klasik. Perempuan Korea yang hanya memiliki empat jari dan kaki sebatas lutut itu pun secara lantang menyanyikan ”Amazing Grace”. Bersama Sherina, Hee Ah pun berduet. Hee Ah mengiringi suara merdu Sherina lewat dentingan piano yang dimainkannya penuh impresi.
      Jumat malam itu, 11 April 2008, pukul 19.30-21.00 WIB, di Hall A, Lt.III, Gedung Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, pun meriah dengan tepuk tangan. Peluncuran buku An Inspiring True Story of Hee Ah Lee, "The Four Fingered Pianist" karya Kurnia Effendi sukses besar. Penerbit Hikmah layak bangga karena malam itu menjadi malam yang penuh inspirasi.
      Pada keesokan harinya, Sabtu 12 April 2008, 15.30-18.00 WIB, He Ah Lee dan sang ibu tampil kembali di depan para guru dalam acara “Nurturing the Miracle the Story of the Education of Hee Ah Lee”. Dalam kesempatan itu, ibu He Ah Lee yang bernama Woo Kap Sun menjelaskan secara panjang lebar bagaimana dia mendidik putrinya sehingga dapat melejitkan potensinya, meski putrinya memiliki keterbatasan fisik.
      Ketika maestro musik Indonesia, Dwiki Dharmawan, yang hadir dalam acara peluncuran buku tentang Hee Ah Lee, dimintai komentar tentang permainan musik Hee Ah, dia berkata pendek, “Hee Ah telah memainkan musik piano dengan hati. Keterbatasan fisiknya sudah diatasinya lewat kegigihan dan kerja keras. Selayaknyalah kehidupan Hee Ah memberikan inspirasi bagi kita yang secara fisik normal.”
Oprah, dan He Ah Lee merupakan contoh dimana sebuah tragedi dan kekurangsempurnaan tubuh bukanlah alasan untuk terpuruk lebih dalam dan menyesali keadaan. Mereka berhasil keluar dari krisis dan membangun masa depan yang lebih baik.

3.3  
Memahami Krisis Berdasarkan Warning Time
            Berdasarkan warning time krisis terbagi dalam dua jenis, yaitu sudden crisis dan smoldering crisis.
1)      Sudden Crisis (krisis yang terjadi secara mendadak)
Krisis yang terjadi secara mendadak merupakan gangguan di dalam bisnis perusahaan yang terjadi tanpa peringatan dan mungkin menghasilkan berita dan berdampak pada karyawan perusahaan, investor, pelanggan, suppliers atau masyarakat luas, relasi bisnis, pemegang hak paten (franchises) atau aset-aset bisnis lain, pendapatan perusahaan, laba bersih, harga saham, dan reputasi perusahaan.
Krisis yang mendadak (sudden crisis), dapat terjadi karena hal-hal berikut.
1.      Suatu kecelakaan yang terkait dengan bisnis yang mengakibatkan properti rusak dan mengganggu operasional bisnis secara normal.
2.      Kematian atau penyakit atau luka serius dari manajemen, karyawan, pemborong, pelanggan, pengunjung, dan lain-lain, sebagai hasil dari suatu kecelakaan yang terkait dengan bisnis perusahaan.
3.      Kegagalan/kekacauan pada momen–momen terakhir untuk mengakhiri proses bisnis, transaksi penjualan, perjanjian kerjasama atau karena ketidakmampuan seorang eksekutif.
4.      Penggunaan bahan kimia yang penuh resiko atau bahan-bahan berbahaya lain di dalam suatu lingkungan.
5.      Kecelakaan yang menyebabkan gangguan layanan.
6.      Pengurangan yang signifikan di dalam fungsi-fungsi atau jasa penting yang diperlukan untuk melakukan suatu bisnis.
7.      Setiap bencana alam yang mengganggu operasional dan membahayakan karyawan.
8.      Human error yang tak diduga atau gangguan tenaga kerja.
9.      Kekerasan/kekejaman di tempat kerja yang melibatkan para anggota karyawan/keluarga atau para pelanggan.

            Penggolongan-penggolongan krisis dibentuk untuk memastikan konsistensi penilaian tentang segala situasi krisis yang terjadi tiba-tiba (sudden crisis) sehingga bisa dihadapi dengan tingkat respon komunikasi yang baik.

                                                   Tabel 2       
Contoh 1 Tingkatan-Tingkatan Sudden Crisis
Jenis Krisis
Level
Situasi
Contoh
Sudden Crisis
1
Situasi yang dapat diatasi oleh staf yang sedang bertugas saat itu.
Sebuah mesin di pabrik tidak dapat bekerja. Teknisi mesin tersebut segera memperbaiki kerusakannya dalam waktu singkat tanpa bantuan orang lain.

2
Situasi yang dapat diatasi oleh staf yang berwenang dengan bantuan staf lainnya. Karyawan lain mungkin dipanggil untuk membantu.
Mesin di pabrik tidak dapat bekerja, teknisi mesin menelepon maintenance dan mereka segera mengirim stafnya untuk memperbaiki mesin tersebut.

3
Situasi yang membutuhkan lebih banyak sumber daya lebih dari sekedar orang yang sedang bertugas atau staf perusahaan. Dibutuhkan mungkin bantan dari perusahaan lain atau konsultan.
Mesin bermasalah serius dan membutuhkan spare part baru; teknisi maupun staf maintenance tidak dapat mengatasi kerusakannya dan perusahaan memanggil konsultan mekanik.

4
Situasi yang tidak dapat dikontrol dan akan menimbulkan masalah serius pada keseluruhan bisnis. Beberapa pekerjaan mungkin tertunda karena hal tersebut.
Mesin motor rusak dan ada spare part yang harus diganti. Spare part yang dimaksud tidak ada di kota tersebut sehingga dibutuhkan proses pembelian. Produksi terlambat dan pelanggan mulai merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut.

Tabel 3
Contoh 2 Tingkatan-tingkatan Sudden Crisis
Jenis Krisis
Level
Situasi
Contoh
Sudden Crisis
1
Suatu masalah bisnis internal atau gangguan yang dapat ditangani dan dipecahkan oleh manajemen yang bertanggung jawab menanggapi situasi seperti ini.
Contoh: Seorang karyawan yang tidak puas dengan perusahaan mengancam untuk menyingkapkan kebijakan-kebijakan internal yang melanggar hukum ke “pejabat yang berwajib” kecuali jika ia diberi kenaikan gaji.

2
Suatu masalah internal yang dapat ditangani oleh mereka yang bertanggung jawab, dengan dukungan dari manajemen lainnya atau karyawan lain yang mungkin dapat menilai situasi dan membantu memecahkan masalah.
Karyawan yang tidak puas mengumpulkan dokumen dan menghubungi “pihak yang berwajib”, dimana perusahaan tidak menghendaki masalah ini sampai ke media, diketahui publik dan dimulainya penyelidikan oleh pihak kepolisian.


3
Suatu masalah internal yang mempunyai potensi untuk menjadi konsumsi publik melalui pemberitaan media dan dapat membangitkan reaksi-reaksi negatif dari pejabat publik, pengacara penggugat, pesaing, LSM, investor, serikat buruh, dan lain-lain. Diperlukan sumber daya dari luar manajemen untuk menangani krisis yang terjadi. Bantuan ini bisa dari kantor pusat, penasehat hukum, dan atau konsultan yang mengkhususkan diri dalam memecahkan masalah seperti ini.
Pengacara karyawan yang tidak puas mengetahui kliennya mempunyai dokumen yang memiliki tingkat rusak sangat tinggi karena menunjukkan aktifitas perusahaan yang tak pantas, tidak sah atau melawan hukum. Jika perusahaan mengikuti permintaan atau tuntutan karyawan tersebut maka dokumen itu tidak akan diungkapkan kepada media. Pengacara karyawan tersebut membuat salinan dari salah satu dokumen, sedangkan pengacara perusahaan akan memberikan pernyataan bahwa mereka secara tidak sah memiliki dokumen tersebut.


4
Situasi tidak dapat dikendalikan dan menyebar ke daerah lain. Aktivitas kantor harus dibatasi atau dihentikan dan karyawan dialihkan dari tugas mereka atau dipulangkan sampai masalah tersebut bisa diatasi. Situasi ini merupakan situasi yang sangat serius dan tidak akan diungkapkan di depan publik dalam waktu dekat. Reputasi perusahaan akan turun dimata publik dan masyarakat mempunyai persepsi negatif terhadap perusahaaan dalam kurun waktu yang relatif lama. Dampak bagi keuangan perusahaan akan sangat terasa dan akan memengaruhi keputusan operasional secara langsung atau tidak langsung.
Perselisihan antara karyawan dengan perusahaan semakin meruncing dan tidak bisa diselesaikan. Media mulai melakukan investigasi untuk mencari kebenaran informasi tentang tuduhan karyawan ke perusahaan, latar belakang perusahaan, kebijakan-kebijakan bisnis dan lain-lain. Pemberitaan media membuat pihak yang berwajib turun tangan untuk melakukan penyelidikan tentang indikasi pelanggaran hukum oleh perusahaan.


Kriteria dari kategori-kategori ini bersifat luas karena suatu krisis tingkat 1 atau 2 yang terjadi dengan cepat dapat meluas ke tingkat krisis yang lebih tinggi lagi. Tim yang menghadapi krisis harus siaga terhadap setiap krisis yang terjadi secara tiba-tiba, yaitu tingkat 3 atau 4, atau krisis yang mempunyai potensi untuk menjangkau tingkat tersebut.

2) Smoldering Crisis
            Smoldering crisis digambarkan pada setiap masalah bisnis serius yang tidak biasa terjadi di dalam perusahaan. Jika diketahui publik, krisis ini dapat menimbulkan pemberitaan negatif di media. Selain itu, krisis akan membawa konsekuensi kerugian, pembayaran denda, penalti, akibat hukum, biaya di luar budget, dan biaya lain-lain.
Smoldering crisis dapat terjadi karena satu atau sebab lain berikut.
a.      Masalah internal yang tidak teridentifikasi sejak awal.
b.      Investigasi dari badan pemerintah (KPK, kepolisian, kejaksaan, dan lain-lain) dan indikasi tindakan hukum yang merugikan perusahaan.
c.       Masalah dengan pelanggan karena buruknya manajemen perencanaan.

Smoldering crisis terbagi dalam empat tingkatan, tergantung dari seberapa serius masalahnya. Klasifikasi merekomendasikan cara-cara untuk meminimalkan bahaya terbukanya informasi sampai ke telinga publik.
Contoh-contoh dari smoldering crisis adalah sebagai berikut.
1.      Investigasi dari media massa.
2.      Tindakan atau aktivitas perusahaan yang bisa melanggar hukum.
3.      Perlakuan perusahaan yang tidak pantas terhadap konsumen.
4.      Penyelidikan oleh suatu badan/lembaga pemerintah atau alat negara.
5.      Tindakan karyawan yang tidak puas seperti ancaman-ancaman atau pernyataan-pernyataan yang menyudutkan perusahaan.
6.      Indikasi-indikasi tindakan legal/judicial/regulatory yang berlawanan dengan bisnis perusahaan.
7.      Penemuan permasalahan internal yang serius yang harus disingkap kepada karyawan, investor, pelanggan, pemasok (supplier), dan/atau pejabat pemerintahan.
8.      Tindakan-tindakan pemerintah yang bertentangan dengan kepentingan publik.
9.      Tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan.
10.  Informasi rahasia yang terungkap ke publik.
11.  Penyalahgunaan dari produk-produk kimia.
12.  Kematian karyawan atau luka serius.
13.  Keterlibatan karyawan pada suatu skandal.
14.  Perdebatan pemerintah mengenai peraturan setempat.
15.  Ancaman pemerasan.
16.  Tuduhan-tuduhan palsu.
17.  Pemasangan peralatan yang salah.
18.  Surat dakwaan jaksa.
19.  Demonstrasi-demonstrasi.
20.  Tindakan-tindakan tidak sah (melawan hukum) yang dilakukan oleh karyawan.
21.  Surat tuduhan dari karyawan.
22.  Kegagalan pemakaian peralatan utama.
23.  Protes masyarakat sekitar terhadap bisnis perusahaan.
24.  Perusakkan komputer dan database perusahaan.
25.  Desas desus yang beredar di masyarakat.
26.  Sabotase penggunaan peralatan, produk atau layanan.
27.  Mata-mata industri.
28.  Putusan pengadilan.
29.  Permasalahan tenaga kerja.
30.  Penuntutan perkara yang dipublikasikan.
31.  Permasalahan keamanan.
32.  Cuaca buruk berdampak pada bisnis.
33.  Pernyataan tanpa bukti tentang pelecehan seksual.
34.  Serangan kelompok masyarakat tertentu.
35.  Ancaman atau tindakan terorisme.

            Pengalaman menunjukkan, bahwa krisis yang terjadi secara tiba-tiba juga menghasilkan “aftershocks”, Banyak dari “aftershocks” terjadi dalam daftar di atas.

Tabel 4
Tingkatan-tingkatan Smoldering Crisis
Jenis Krisis
Level
Situasi
Contoh
Smoldering Crisis
1
Masalah bisnis internal, yang dapat dihadapi dan diselesaikan oleh penugasan manajemen kepada suatu pihak untuk merespon krisis.
Karyawan di suatu unit atau departemen yang merasa diperlakukan tidak sama dengan karyawan di unit yang lain. Mereka membicarakan hal ini dengan atasan mereka untuk mencari solusi.

2
Masalah bisnis internal yang dapat dihadapi dan dipecahkan oleh pihak yang ditunjuk manajemen dengan bantuan pihak lain dari internal perusahaan sebagai mediator.
Karyawan memutuskan untuk memboikot pekerjaan sementara sampai masalahnya terpecahkan. Atasan langsung mereka dan manajemen yang lebih tinggi membicarakan masalah yang ada dengan mereka.

3
Masalah bisnis internal yang berpotensi diketahui oleh publik melalui media atau pihak dari lembaga hukum resmi.
Buruh memutuskan untuk berdemonstrasi sampai tuntutan mereka dipenuhi. Mereka mengirimkan maksud tuntutannya kepada organisasi buruh untuk mengupayakan jalan keluar atas masalah mereka.

4
Situasi yang sangat serius yang akhirnya diketahui publik. Hal ini akan menimbulkan akibat langsung dan serius terhadap bisnis.
Karyawan memiliki tuntutan dan mereka tidak diberi kesempatan berdemonstrasi, namun mereka memutuskan untuk tetap berdemonstrasi. Keributan terjadi dan keseluruhan cerita diketahui oleh manajemen dan media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar