Minggu, 30 Januari 2011

Memenangkan hati publik: Pelajaran dari Hiccup "How To Train Your Dragon"


Know your enemy and know yourself and you can fight a hundred battles without disaster. 
Sun Tzu




Jika perang pemasaran adalah bagaimana merebut pangsa pasar (market share), maka perang public relations adalah pertarungan merebut hati publik, empati publik, dan simpati publik. Mereka yang dapat meraih hati publik akan memenangkan pertempuran.
Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden bukan karena ia paling hebat di antara Megawati, Amin Rais, dan Wiranto. Tapi karena ia mendapat simpati publik menyusul pengunduran dirinya dari kabinet. Pernyataan Taufik Kiemas bahwa SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) adalah Jenderal yang kekanak-kanakan terdengar arogan dan mendorong simpati publik untuk SBY. Sebuah blunder yang berakibat tidak terpilihnya Megawati dan keuntungan bagi SBY.
            Hal yang sama terjadi pada Aris Indonesian Idol. Di tengah sebuah kompetisi yang pemenangnya ditentukan berdasarkan jumlah sms yang masuk, tentu tidak mungkin bagi Aris dan keluarga untuk mengirim sms sebanyak-banyaknya.
Kemenangannya menjadi Indonesian Idol, lebih banyak karena simpati publik. Latar belakang sebagai pengamen jalanan, hidup kekurangan dengan istri dan satu orang anak yang masih kecil menjadi dukungan luar biasa dalam menjaring sms.
Persepsi publik ditentukan bagaimana publik menilai sebuah fakta yang terjadi berdasarkan tafsir individunya. Kadang publik menilai sesuatu dengan pertimbangan rasionalitas dan kadang hanya atas dasar belas kasih yang kemudian bermetamorfosis menjadi simpati dan dukungan yang luar biasa. Kualitas menjadi nomor dua. Itulah publik dengan segala logikanya yang berubah-ubah. Mengutip kembali Abraham Lincoln, Public sentiment is everything, with public sentiment nothing can fail, without it nothing can succeed. Dengan sentimen publik, kita dapat  melakukan apapun, dan tanpanya semua akan sia-sia.
Sebuah Film animasi yang berjudul “How to Train Your Dragon” dapat menjadi contoh bagaimana memenangkan hati “publik”. How To Train Your Dragon adalah film animasi yang dibuat oleh DreamWorks Animation, berdasarkan sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2003 dengan judul yang sama.
Film yang dirilis pada Maret 2010 ini memakai latar mitologi Viking, yang bercerita tentang seorang anak laki-laki berbangsa Viking bernama Hiccup. Menjadi seorang Viking, doktrinnya hanya satu “kill all the dragon”. Artinya setiap Viking harus mampu memburu dan membunuh naga yang telah turun temurun menjadi musuh para Viking. Itulah adat yang berlaku di desa Hiccup. Sayangnya, Hiccup jauh dari tipe laki-laki ksatria pembunuh naga seperti kebanyakan anak-anak Viking.

Gambar 1.3. Poster film How To Train Your Dragon
Sumber: http://yorkshirehighlanders.co.uk/sun/how-to-train-your-dragon-2010.html
Memiliki anak laki-laki seperti Hiccup bukanlah impian bagi para orang tua Viking. Apalagi bagi Stoick, kepala suku yang juga adalah Ayah Hiccup. Stoick berharap Hiccup bisa menjadi seorang pejuang Viking yang tangguh dan suatu hari nanti menggantikannya menjadi kepala suku yang disegani. Namun kebanggaan seorang Viking hanya satu, membunuh naga yang selalu menyerang perkampungan mereka.
Stoick tak ada punya pilihan selain mengikutkan Hiccup ke dalam pelatihan membunuh naga.  Alih-alih belajar membunuh naga, Hiccup justru belajar memahami sifat dan karakter para naga termasuk naga yang paling ditakuti “Night Fury”.
Knowledge is powerful than weapon. Hiccup membuktikan pepatah di atas. Dengan pengetahuannya, Hiccup berusaha untuk membangun hubungan dengan sang naga. Menawarkan kepercayaan, memahami keinginan sang naga, termasuk makanan favoritnya. Apa yang mereka takuti, bagaimana membuat mereka takluk, jinak, tertidur, dan bekerja sama. Hiccup memilih berteman dengan sang naga dan meyakinkan seluruh suku bahwa mereka tak perlu menjadi bangsa pembantai naga. Dan naga sekalipun, bisa menjadi teman baik jika manusia menawarkan persahabatan.
Moral dari cerita ini adalah kenali publik anda, setelah itu baru siapkan strategi PR sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kepentingan publik anda. Lalu perhatikan apa yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar