Jumat, 28 Januari 2011

Crisis Budgeting

Untuk dapat menanggulangi krisis, perusahaan membutuhkan sejumlah dana yang akan digunakan untuk membiayai program pemulihan krisis. Salah satu keputusan yang harus diambil adalah menentukan besarnya anggaran yang harus disiapkan untuk menyelesaikan krisis. Setidaknya terdapat empat metode penentuan anggaran krisis, yaitu sebagai berikut.
·         Affordable method, yaitu menetapkan besarnya anggaran krisis berdasarkan kemampuan finansial atau dana yang tersedia di perusahaan. Sekalipun metode ini sangat  mudah diterapkan, namun mengandung resiko bilamana dana yang tersedia tidak cukup untuk mendanai program penanggulangan krisis yang harus dilakukan. Selain itu, anggaran krisis per tahun menjadi tidak pasti, sehingga sulit melakukan perencanaan jangka panjang.
·         Percentage of sales method, yaitu menetapkan anggaran krisis berdasarkan persentase tertentu dari dari penjualan (baik penjualan saat ini maupun prediksi penjualan) atau berdasarkan persentase dari harga jual. Metode ini memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya: (1) besarnya dana bervariasi menurut kemampuan finansial perusahaan (2) metode ini mendorong pihak manajemen untuk mengkaji hubungan antara biaya krisis dan efektivitasnya dalam mengembalikan reputasi perusahaan. Akan tetapi, metode ini juga memiliki berbagai kelemahan, di antaranya adalah: (1) lebih memandang  penjualan sebagai faktor penentu budget krisis (2) penentuan anggaran lebih didasarkan pada ketersedian dana ketimbang tanggung jawab sosial (4) ketergantungan pada fluktuasi penjualan dari tahun ke tahun menyulitkan proses perencanaan jangka panjang; dan (5) tidak ada landasan logis untuk memilih persentase tertentu, kecuali atas dasar pengalaman masa lalu atau tindakan pesaing. Kritik lainnya menyangkut kemungkinan misleading berkenaan dengan situasi krisis atau penurunan penjualan. Dalam banyak kasus, bila terjadi krisis penjualan menurun, namun, bila mengikuti metode ini, pilihannya justru adalah mengurangi iklan yang konsekuensinya bisa jadi malah makin menurunkan penjualan berikutnya.
·         Competitive-parity method, yakni menetapkan anggaran krisis dengan mengacu pada jumlah dana yang dikeluarkan para pesaing ketika menghadapi krisis yang sama dengan perusahaan. Dengan kata lain, besarnya budget krisis paling tidak sama atau proporsional dengan jumlah budget krisis para pesaing. Asumsi utama dalam metode ini adalah  (1) anggaran krisis berhubungan langsung dengan publik; dan (2) pengeluaran pesaing merupakan kebijakan kolektif dalam sebuah industri. Sayangnya, sejumlah fakta menunjukkan bahwa kedua asumsi tersebut patut dipertanyakan. Selain itu, reputasi, sumber daya, peluang dan tujuan perusahaan sangat bervariasi, sehingga anggaran krisis yang dibutuhkan setiap perusahaan cenderung berbeda-beda. Lagipula, pesaing belum tentu lebih memahami besarnya pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk crisis recovery program, sehingga pesaing bukanlah patokan pembanding yang akurat.
·         Objective and task method, yaitu menentukan anggaran krisis melalui beberapa langkah sistematis yang terdiri atas tujuan spesifik, menetapkan program-program spesifik yang harus dilakukan dalam rangka memulihkan situasi krisis dan memperkirakan biaya pengimplementasian tugas-tugas tersebut. Jumlah keseluruhan biaya-biaya tersebut akan menjadi anggaran krisis yang diajukan. Keunggulan utama metode ini terletak prosesnya yang menuntut pihak manajemen untuk merumuskan aktivitas-aktivitas pemulihan krisis secara seksama dan terencana. Kelemahannya, dapat saja setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas yang akan dilaksanakan, namun ternyata perusahaan tidak mempunyai dana sebesar jumlah yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar